Pages

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 25 September 2013

It's My Eyes



EXO's FanFiction
It’s My Eyes
Author:
MalAquaticSparks
Cast:
Suho ( EXO-K)
Luhan (EXO-M)
Park Ha Jin (OC)
EXO’s member
Genre:
Romance
Length:
One shot
*Anggap member-member EXO itu lahir di tahun yang sama . atau tidak berjarak terlalu jauh. Ok! ^_^
Happy reading.....^^
~ ï ~
Buku-buku setebal kurang lebih 1 cm itu tertata rapi di atas meja seorang guru SMA. Buku-buku itu adalah buku tugas milik siswa-siswanya. Buku-buku itu akan di bagikan hari ini. Sebentar lagi ada ujian kelulusan untuk siswa-siswi kelas 3 SMA di Korea. Hanya perlu menghitung hari untuk menuju sukses.
Seorang gadis membawa tumpukan buku-buku dari ruang guru yang letaknya cukup jauh dengan kelasnya.
“ Jae In~ah! Jamkkaman!” teriak Ha Jin sambil berjalan cepat mendekati temannya,  Jae In.
Jae In berhenti dan berdiri untuk menunggu Ha Jin. Ha Jin berjalan setengah berlari. Lantai yang begitu licin sama sekali tak diperhatikan oleh Ha Jin.
Ketika pintu salah satu kelas yang Ha Jin akan lewati terbuka, seorang namja berlari keluar dan menabrak Ha Jin yang sedang membawa buku buku pinjaman itu.
BRUUKKKK!!!!
Buku-buku itu berserakan dimana-mana.
Park Ha Jin’s POV
Aku berjalan lebih cepat karena temanku sedang menungguku. Lantai ini begitu licin. Aku membawa buku-buku tugas milik teman-temanku yang berjumlah sekitar 19 buah. Berat sekali... itu pun hanya separuhnya, separuhnya lagi Jae In yang membawanya. Aku terus berkonsentrasi dengan buku-buku berat yang ku bawa. Tanpa aku tahu ketika aku berjalan, sepertinya ada seorang namja yang berlari ke arahku. Dia bermain kejar-kejaran dengan temannya yang lain. Dia berlari tanpa melihat aku sudah berada di depannya.
Dengan beratnya buku-buku ini, tubuhku menjadi tidak seimbang. Dan buku-bukuku jatuh berserakan dimana-mana. Tapi seseorang menahan lenganku  agar tidak jatuh. Dan tanganku menarik lengannya agar kami tidak jatuh berdua. Namja itu tengah menatapku tajam sembari dia menahanku. Matanya berbinar. Wajahnya begitu tam....
TUNGGU DULU! NAMJA INI SUHO?
Jantungku berdetak cukup cepat. Nafasku mulai tak beraturan. Aku mencoba menghentikan peistiwa ini. Aku segera melepaskan diri dari Suho. Aku berdiri cukup tegak. Aku segera menunduk mengambil semua buku-bukuku yang berserakan di lantai. Suho hanya terdiam dengan mata yang membelalak dan  wajah terlihat menyunggingkan senyum kecil. Tangannya terlihat menggenggam.
Beberapa tahun lalu, aku sempat satu kelas dengannya. Atau lebih singkat lagi aku satu SMP dengan Suho. Dudukku juga sangat dekat dengannya. Kami sekolah di sekolah yang sama dan kelas yang sama selama 3 tahun. Dan aku mulai menyukainya 1 tahun setelah aku mengenalnya. Aku tidak tahu bagaimana perasaannya padaku. Dia namja yang baik menurutku. Ibuku juga pernah mengatakan Suho itu tampan. Selain itu, dia juga termasuk namja yang  cerdas. Selalu masuk peringkat 50 besar pararel. Tapi itu bukan berarti aku ini bodoh. Aku selalu berjarak 2-4 peringkat dengannya. Sayangnya, ketika kami masuk ke SMA, dia tidak satu kelas lagi denganku. Yang penting aku masih bisa melihatnya meskipun hanya sekilas.
Suho’s POV
Aku seperti anak kecil yang masih memainkan permainan kejar-kejaran dengan temanku, Chan yeol. Aku berlari keluar kelas. Ku lihat seorang yeoja sedang berjalan membawa buku-buku yang cukup tebal. Kakiku ini tak bisa di rem. Dan...
BRUUKK!!
Suaranya terdengar keras ketika buku-buku itu jatuh. Dan reflek, tanganku menarik lengannya begitu juga dengan yeoja yang ada di depanku ini. Seperti biasanya, jantungku berdetak cepat ketika aku melihatnya. Mataku tertuju ke arah yeoja itu, Ha Jin. Ekspresi wajahnya terlihat begitu terkejut. Seperti ada laser dari matanya yang membuatku tak bisa menggerakkan satupun dari anggota badanku. Waktu terasa berjalan lambat sampai dia mulai melepaskan diri. Ha Jin merapikan buku-bukunya yang berserakan. Tanganku terasa sangat dingin. Aku tak tahu dengan apa yang harus ku lakukan.
“ Apa tak ada niatan sedikitpun untuk membantuku?” tanya Ha Jin menghentikan lamunan kosongku.
Belum juga aku menurunkan setengah dari tubuhku, dia sudah beranjak dan menunjukkan ekspresi kesal kepadaku.
“ Seharusnya kau meminta maaf!” gerutu Ha Jin sambil pergi meninggalkanku.
Langkahnya semakin jauh. Chan yeol mulai mendekat ke arahku. Sebenarnya jantungku masih berdetak tak teratur.
“ Ini semua karena kau mengejarku!” kataku menyalahkan Chan yeol yang sedari tadi hanya melongo melihat peristiwa tadi.
“ Tapi bukankah ini menyenangkan?” tanya Chan yeol yang tak berniat melanjutkan kemarahanku.
“ Huh! Sulit sekali melupakannya!” kataku lirih sambil duduk di kursi yang ada di depan kelas.
“ Kenapa harus dilupakan?” tanya Chanyeol penasaran.
“ Untuk apa menyukainya jika aku tidak berani mengatakannya?” kataku menyalahkan diri sendiri.
“ Kau hanya perlu berdiri di depannya, raih tangannya, lalu katakan...Ha Jin~ah! Nan..neoreul Saranghae...!” kata Chan yeol sambil menarik tanganku seakan-akan dia menyatakannya untukku.
“ Ini berbeda!” kataku sambil menarik tanganku yang masih berada dalam genggaman tangan Chanyeol, “ Kenapa aku tidak berkata maaf ya?” tanyaku pada diriku sendiri.
“ Untuk apa? Mungkin dia juga tidak begitu peduli!” kata Chan yeol kembali duduk di sampingku.
“ Dia benci orang seperti itu!” kataku
Betapa bodohnya aku! Aku hanya berdiri diam dan tak membantu Ha Jin sama sekali. Semoga saja dia tidak membenciku. Aku ingin tahu seperti apa perasaannya padaku. aku benar-benar tak punya keberanian untuk mengatakan perasaanku. Aku ingin segera melupakannya tapi sangat sulit. Bahkan beberapa menit berlalu tanganku masih terasa dingin. Kakiku terus bergerak mencari cara untuk tenang. Tapi rasanya kakiku menginjak sesuatu. Ku arahkan mataku ke benda di bawah kakiku. Sebuah buku dengan bertuliskan nama Park Ha Jin di sampul depan. Aku mengambilnya. Kubuka lembar demi lembar untuk melihat isinya. Ada tulisan tangan Ha Jin yang menekan nafasku disana.
“Jichyeoittdeon gaseumi dashi sumshwigo...Gananhaejin maeumi bicheul chajasseo...”
Ku ingat-ingat tentang hal itu. Tak lama setelah berfikir cukup keras, aku sadar itu adalah potongan lirik lagu dari SNSD-Forever. Arti lagu itu sangat bagus.
“Hatiku berdetak lelah sekali lagi...Hatiku yang lemah telah menemukan cahaya lagi...” kurang lebih seperti itu.
Apa Ha Jin suka lagu ini? Atau ada maksud tertentu dari lagu ini? Ini seperti mystery...

Park Ha Jin’s POV
Aku pergi menjauh dari Suho. Untung saja hari ini tak begitu ramai seperti biasanya. Aku segera berlari mendekati Jae In. Dan berusaha keras menyembunyikan senyum di wajahku.
“ Wow! Tadi keren sekali! Kau pasti bahagia!” kata Jae in yang melihat adegan gila tadi.
“ Tapi aku malu sekali!” kataku dengan mata terpejam.
Di jalan Jae in terus meledekku. Bahkan sampai di depan kelas. Beberapa orang yang melihat hal itu, terus memandangiku. Lupakan! Lupakan!
Di kelas, aku dan Jae In membagikan buku-buku ke pemiliknya. Bahkan sampai buku yang ku bawa habis, aku tak menemukan bukuku di sana. Mungkin Jae In membawa bukuku. Otakku masih mengingat peristiwa tadi.
Terkadang aku berharap Suho bisa satu kelas denganku, tapi dia berdiri di depan pintu saja sudah membuatku gemetaran dan lupa dengan apa yang akan ku tulis di bukuku. Apalagi kalau dia satu kelas denganku?
Aku menghela nafas panjaang. Perasaan takut terus menyelimuti fikiranku. Aku sudah menelusuri dan bertanya kepada teman-temanku berulang kali, tapi aku ingat bukuku masih ada sebelum insiden tadi. Aku sudah melihat bahkan membuka bukuku.
“ Mungkin bukumu masih tertinggal di depan kelasnya!” kata Lissa.
“ Sepertinya begitu!” jawabku yang juga merasa buku itu ada di depan kelas Suho.
Mau tidak mau aku harus melihatnya. Tapi aku tak bisa! Bertemu Suho itu sedikit rumit. Antara mau dan tidak mau, antara senang dan takut aku amnesia ketika berbicara dengannya. Aku juga takut otakku tak mampu menerima kata-kata dari mulutnya yang membuatku terlihat memiliki IQ rendah. Tapi aku mencoba memberanikan diri.
Suho sedang duduk bersama teman-temannya. Bergerumbul banyak sekali. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu yang tidak jelas. Hanya Suho yang terlihat agak diam. Atau dia sudah tahu dengan kedatanganku? Sepertinya begitu. Entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar adanya aku juga tidak tahu.
Author’s POV
Suho melihat kedatangan Ha Jin yang mendekat ke arahnya. Suho terdiam dengan tangan seperti membeku.
“ Joonmyun~ah!” panggil Ha Jin keras. Tapi Suho berpura-pura tidak mendengarnya.
“ Joon Myun~ah!” panggil Ha Jin lagi. Tetap saja Suho berpura-pura tidak mendengar.
Ha Jin sedikit kesal dengan Suho yang sama sekali tak mendengar suaranya yang kencang.
‘ Punya wajah tampan, otak cerdas tapi tidak punya telinga!’ rutuk Ha Jin dalam hati.
“ Joon Myun~ah!” panggil Ha Jin dan barulah Suho mendekat.
“ Wae Geurae?” tanya Suho
“ Kau lihat bukuku di sekitar sini?” tanya Ha Jin menanggapi pertanyaan Suho.
“ Buku? Oh..buku itu?” kata Suho mengingat buku di bawah kaki itu.
“ Jamkkaman!” kata Suho lagi sambil masuk ke dalam kelas.
Ha Jin menghembuskan nafas lega karena buku itu tidak jadi hilang. Tidak sia-sia usahanya menahan malu karena tidak di respon sama sekali oleh Suho.
“ Ini!” kata Suho sambil menyodorkan buku yang Ha Jin cari.
“ Oh! Gomawo...” kata Ha Jin dengan senyumnya.
Suho menganggukkan kepalanya. Tangan basahnya mengelus-elus celananya.
“ Ehem...” salah satu teman Suho berdehem dan yang lainnya bersiulan seperti memberikan kode-kode rahasia.
Ekspresi Ha Jin berubah menjadi heran melihat teman-teman Suho yang memiliki kegilaan setaraf dengan Suho.
“ Oh ne! Apa kau suka lagu di bukumu itu?” tanya Suho membuat Ha Jin semakin gemetaran.
“ Maksudmu...Forever?” tanya Ha Jin memastikan. Suho menjawabnya dengan anggukan.
“ Kau membacanya?” lagi lagi Suho mengangguk, “ Tidak sopan membaca buku orang lain tanpa izin dari pemiliknya!” kata Ha Jin mengingatkan, “ Aku sangat suka lagu itu.” lanjut Ha Jin sambil tersenyum.
“ Oooh...” kata Suho sambil mengangguk-anggukan kepalanya LAGI.
“ Geureom...gomawo...annyeong!” kata Ha Jin sambil meninggalkan Suho.
Suho kembali bersama temannya. Jantungnya masih sama seperti hari-hari ketika Ha Jin berada dekat dengannya. Senyum itu terlukis jelas di wajah Suho ketika Ha Jin benar-benar tak bisa melihatnya dari kejauhan. Kedua bola mata Suho terus mengikuti langkah kaki Ha Jin sampai tak terlihat dengan banyaknya siswa yang lalu lalang di sekitarnya.
Park Ha Jin’s POV
Dentuman-dentuman ini terasa begitu lama. Kepalaku sama sekali tak berani menengokkan kebelakang. Aku takut dia melihatku. Dia membaca tulisan di lembar yang ada di bukuku. Apakah dia tahu? Lagu itu sangat menyentuh dan cahaya yang dimaksud di lagu itu menurutku adalah Suho.
Pipiku merona-rona. Senyum ini terus menghiasi wajahku begitu lama. Aku ingin sekali berteriak dan mengatakan bahwa aku sangat bahagia. Bahkan buku tadi terasa begitu berarti untukku.
Semua urusan selesai tepat pada waktunya. Bel jam pelajaran berakhir juga sudah terdengar dan senyumku masih melekat di wajahku.
Aku menuntun sepedaku keluar gerbang sekolah. Dan berpisah dengan teman-temanku di gerbang sekolah. Kukayuh sepeda ini dengan santai, mengikuti alunan angin yang bertiup sejuk seperti melodi musik yang damai.
Ketika aku sibuk menikmati semua kebahagiaan ini, seseorang mengejutkanku dari belakang.
“ Ha Jin~ah!” panggil seorang namja dengan mensejajarkan sepedanya dengan sepedaku.
“ Oh! Luhan!” sapaku bahagia.
Luhan adalah temanku sejak SD sampai sekarang. Rumahnya berdampingan denganku. Ibunya membuka restoran makanan korea. Ayahnya bekerja di salah satu rumah sakit di korea. Sayangnya dia tidak satu sekolah denganku. Tapi sekolahnya berada tak jauh dari sekolahku. Jadi, terkadang aku masih bisa pulang bersama dengan Luhan.
“ Akhir-akhir ini kau sering pulang sore! Ada apa di sekolahmu?” tanya Luhan
“ Seperti biasa! Ada berbagai bimbingan belajar, ekstrakurikuler, dan banyak sekali kegiatan melelahkan.” Kataku dengan nada yang tetap bahagia.
“ Sepertinya kau bahagia? Apa ada sesuatu yang membuatmu terlihat sebahagia ini?” tanya Luhan yang ternyata menyadari ekspresi bahagiaku ini.
Dan ketika Luhan menanyakan hal itu, Suho terlihat sedang berada di belakangku dan Luhan. Kepalaku menoleh ke belakang. Begitu juga dengan Luhan. Sepertinya Luhan terlihat seperti biasa, tersenyum dengan wajah innocent-nya. Biasanya dia melewatiku, tapi kenapa hari ini dia lebih memilih mengayuh sepedanya di belakangku? Apa dia ingin menguping? Ah tidak mungkin! Untuk apa dia menguping? Aku saja tak punya hubungan apapun dengan Suho. Aku hanya menyukainya. Hanya itu...dan hanya...
Deg...deg...deg...yang kurasakan selama di perjalanan pulang.
Suho’s POV
Hari yang menyenangkan. Tidak biasanya jam pelajaran berakhir di jam 10.00 KST, jadi manfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Kukayuh sepedaku dengan cukup kencang. Maklum namanya juga namja J. Mataku cukup ahli untuk melihat sesuatu yang jauh. Ada seorang yeoja dan namja yang sedang bersepeda berdua di depanku cukup jauh. Sepertinya yeoja itu satu sekolah denganku. Dan sepertinya aku mengenalnya. Semakin lama, jarakku semakin dekat. Ketika tepat aku di belakang yeoja dan namja itu, yeoja itu menoleh ke arahku.
Deg..deg...
Detak jantungku meningkat. Degupan yang begitu kencang ini seakan terdengar keras di telingaku. Tapi melihat namja di sampingnya, rasanya seperti sebuah bom yang baru saja meluluh lantakan bumi ini. Apa mereka punya hubungan khusus?
Ha Jin hanya menoleh ke arahku tanpa menyapaku sama sekali. Dan barulah namja di sampingnya menengok ke belakang.
“ JoonMyun~ah!” sapa Luhan dengan senyumnya yang khas.
“ Oh! Luhan! Ternyata itu kau?” tanyaku bodoh.
“ Geurae!” jawab Luhan masih dengan senyumnya.
Tapi Ha Jin sama sekali tak menggerakan kepala sedikitpun untuk menengok ke arahku. Aku hanya mengikuti mereka berdua dari belakang. Sebenarnya aku berniat menguping pembicaraan mereka. Jadi konsentrasi!
Menit-menit berlalu. Sedari tadi mereka hanya membicarakan game, film, dan ada selipan-selipan kecil dari pengalaman-pengalaman mereka. Ada juga pembicaraan menyangkut bahasa China dll. Tapi ketika Luhan sampai di rumahnya, dan otomatis Ha Jin juga sampai, mengingat rumahnya yang hanya di batasi dengan 1 gang keeeeciiil sekali. Mungkin sekitar 70 cm.
“ Ha Jin~ah! Nanti tolong temani aku membelikan kado untuk ibuku! Hari ini ibuku ulang tahun.” pinta Luhan menghentikan sepedanya tepat di samping Ha Jin.
Tanganku menggenggam erat kemudi sepedaku. Luhan itu menyebalkan sekali! Untuk apa meminta Ha Jin menemaninya membeli kado? Bukankah dia bisa membelinya sendiri? Dan kenapa harus berbicara sedekat itu?
“ Ne! Aku tunggu!” jawab Ha Jin yang terdengar samar-samar di telingaku.
Keadaanku sekarang berada cukup jauh dengan Ha Jin. Ku coba melihat ke belakang.
“ Mwo?!” kataku terkejut melihat apa yang Luhan dan Ha Jin lakukan.
Mereka saling melambaikan tangan! Bahkan Ha Jin tersenyum bahagia begitu juga dengan Luhan.
Park Ha Jin’s POV
“ Ha Jin~ah! Nanti tolong temani aku membelikan kado untuk ibuku! Hari ini ibuku ulang tahun.” pinta Luhan menghentikan sepedanya tepat di sampingku.
“ Ne! Aku tunggu!” jawabku sumringah.
“ Gomawo!” kata Luhan sambil tersenyum manis ke arahku.
“ Ne!” jawabku.
Sebelum Luhan masuk ke rumahnya, dia melambaikan tangan ke arahku. Dan mana mungkin aku tidak membalas lambaian tangannya?
Ku gerakakan tanganku ke kanan dan ke kiri di sertai dengan senyum yang bahagia.
Ku langkahkan kakiku untuk masuk ke dalam rumah. Seperti biasanya, rumah dalam keadaan sepi. Kakakku, Hye Jin di luar negeri untuk meneruskan sekolahnya. Ibuku juga masih bekerja. Ayahku sepertinya sedang ada urusan.
Aku sengaja tidak makan siang karena aku berencana makan siang bersama Luhan.
Luhan’s POV
Sebelumnya aku tak pernah mengajak Ha Jin pergi denganku, tapi sepertinya ini waktu yang tepat. Selama aku berteman dengannya, aku tak pernah sekalipun bertengkar dengannya mungkin hanya jengkel. Tapi Jika aku punya masalah kejiwaan, aku tak perlu jauh-jauh atau membayar mahal untuk pergi ke psikiater, cukup menemui Ha Jin dan silahkan berkonsultasi. Seperti itulah Ha Jin mempromosikan diri sebagai psikiater ‘ilegal’. Tapi karena tingkahnya yang memiliki tingkat kegilaan cukup tinggi, membuatku tak pernah memiliki masalah dengannya.
Hari ini aku berencana mengajak Ha Jin pergi keluar dan sekalian makan siang. Ku buka lemari di kamarku, ku pilah-pilah baju yang sesuai denganku. Lama sekali memilih dan barulah menemukan baju yang cocok untukku dan keren...J. Aku keluar dari kamarku.
“ Waah...anak ibu rapi sekali? Mau pergi kemana?” tanya ibuku sambil tersenyum.
Aku hanya tersenyum menanggapi ibuku. Kemudian ibuku bertanya lagi dengan pertanyaan yang membuat nafasku terhenti sejenak.
“ Apa kau akan pergi berkencan?” tanya ibuku
“ Aku hanya pergi sebentar dengan Ha Jin! Jika aku pergi berkencan, aku akan tampil lebih tampan lagi dari ini!” kataku menanggapi godaan ibuku, “ Eomma! Na galge!” lanjutku sambil berjalan keluar rumah.
Aku menaiki motorku. Ku lihat Ha Jin mulai keluar dari rumahnya. Tiba-tiba ibuku menghampiriku dan membisikan sesuatu ke telingaku.
“ Jika kau menyukai Ha Jin, segera katakan padanya! Jangan di pendam seperti itu!”
“ Eomma!” kataku terkejut mendengar perkataan ibuku tentang Ha Jin. Bagaimana ibuku bisa tahu jika aku menyukai Ha Jin? Selama ini aku tak pernah mengatakannya. Aku tersenyum kecil ketika melihat ibuku yang kembali masuk ke dalam rumah.
Ku jalankan motorku mendekati rumah Ha Jin. Dan tepat dia keluar rumah. Dia duduk di belakangku. Tangannya berpegangan di sisi-sisi motorku. Mungkin juga sedikit aneh. Meskipun aku berteman sangat baik dengannya, tapi tetap saja aku ini namja.
Begitu sampai di tempat tujuan, aku membelikan sebuah kado untuk eomma-ku. Ha Jin juga ikut membantuku. Setelah selesai, kami makan siang bersama dan melakukan pembicaraan dengan tema yang selalu bergonta-ganti. Aku tak berniat memberi tahu Ha Jin tentang perasaanku karena sebentar lagi ujian. Kami ingin fokus dulu dengan sekolah.
Author’s POV
Setelah menghadapi ujian, tak lama hasilnya keluar. Banyak sekali siswa yang bergerumbul untuk melihat hasilnya. Papan pengumuman itu cukup sulit untuk di lihat. Ada beberapa bagian yang letaknya diatas kepala kami. Jadi beberapa melompat-lompat untuk melihat pengumuman.
Suho’s POV
Papan pengumuman itu benar-benar sesak oleh siswa yang juga ingin mengetahui hasil ujian mereka. Beruntung aku bisa berada di barisan paling depan. Selesai melihat nilaiku, aku cukup bangga dengannya. Ketika aku berniat keluar, mataku tak sengaja melihat Ha Jin yang terlihat tak bisa bernafas. Dahinya berkerut menahan desakan dari siswa lain. Dia terlihat sangat kesakitan karena desakan itu. Aku tak tega melihatnya seperti itu, dan mungkin ini hal yang bisa kulakukan untuk membantunya. Sebentar lagi aku akan masuk ke universitas, jadi akan sangat sulit untuk bertemu dengannya lagi nanti.
“ Ha Jin~ah! Keluarlah! Aku akan melihat nilaimu!” kataku
“ Oh?!” serunya terlihat terkejut.
“ Bballi!” kataku kemudian membalikan badan untuk kembali melihat papan nilai.
Tak lama aku mencari namanya. Namanya hanya berjarak 1 nama dari namaku. Aku keluar dengan nafas lega karena berhasil keluar dari kerumunan menyesakkan itu.
“ Oh! Suho!” panggilnya sambil menghampiriku dengan senyumnya dan tangan kanannya terlihat memijat-mijat bahunya.. Mungkin karena berdesak-desakan tadi. Dan rona pink di kedua pipinya, membuatku berfikiran apa Ha Jin memiliki perasaan yang sama denganku?
Aku memberi tahunya tentang nilainya. Ha Jin terlihat bahagia. Ha Jin sempat bertanya dengan nilaiku, tentu saja aku memberi tahunya! Untuk apa di sembunyikan?
Park Ha Jin’s POV
Aku senang Suho membantuku hari ini. Bagaimana dengan nilainya? Aku yakin pasti bagus. Ini bukan yang pertama kalinya dia membuat nafasku berhenti, membuat jantungku berdegup tak wajar, membuat anggota tubuhku seperti mati rasa, dan ini bukan pertama kalinya dia membuatku tersenyum sebahagia ini.
Suho memberi tahuku tentang nilaiku. Dan aku hanya berjarak satu peringkat dengannya. Rasanya benar-benar mengagumkan.
“ Wow! Bagilah otakmu itu denganku! Kau hebat!” pujiku dengan senyum yang puas.
“ Neodo! Kau akan melanjutkan sekolah kemana?” tanya Suho.
Perasaan kacau menyelimutiku ketika Suho bertanya tentang hal itu. Ibuku akan mengirimku ke luar negri untuk melanjutkan sekolah. Jika aku pergi, aku tak akan bertemu Suho kurang lebih selama 4 tahun. Tapi aku tak ingin memberi tahunya. Bukan karena apa-apa, tapi aku hanya tak ingin berhenti. Aku ingin meraih apa yang ku inginkan tanpa ada perasaan sakit ketika aku melangkahkan kakiku nanti.
“ Molla! Bagaimana denganmu?” tanyaku menyembunyikan semua rencanaku.
“ Aku akan tetap sekolah di Korea. Apa kau akan sekolah di luar negri seperti kakakmu?” tanya Suho benar-benar membuat hati dan fikiranku semakin rumit.
“ Aku belum tahu dengan hal itu.” jawabku sekenanya.
“ Oh! Ne..” jawabnya.
Kulihat raut wajah sedih terlukis dengan sangat jelas. Kemudian dia tersenyum sedih dan pergi ke kelasnya. Mataku terus memandangnya dari kejauhan. Aku hanya menunggunya mengatakan apa yang ku inginkan. Aku merasa seperti ada tekanan dalam nafasku ketika melihat ekspresi wajahnya yang seperti itu. Meskipun pada akhirnya aku tetap akan melanjutkan sekolahku ke luar negeri, aku akan selalu menunggunya.
Luhan’s POV
Setelah hasil ujian keluar, Ha Jin sangat sibuk mengurusi pendaftarannya untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Ku dengar dia sudah di terima di salah satu Universitas terbaik di negara yang baik pula tingkat pendidikannya. Sekarang sepertinya ada waktu luang. Dan ini saatnya aku menyatakan perasaanku yang sesungguhnya pada Ha Jin. Aku berniat mengajaknya untuk pergi sore ini. Aku sudah berpakaian rapi tapi santai. Mungkin kami hanya sekedar jalan-jalan, tapi ini pasti akan menyenangkan.
Jemariku mulai menekan tombol di ponselku. Setelah nada dering ketiga, barulah suara Ha Jin terdengar.
“ Yeoboseyo...” suaranya terdengar sumringah.
“ Ha Jin~ah! Ayo pergi!” ajakku
“ Eodisseo?” tanya Ha Jin
“ Kita jalan-jalan! Apa tidak bosan di rumah? Ini saatnya kita santai bukan?” kataku memancingnya untuk ikut denganku.
“ Geurae! Tapi jarak rumah kita hanya beberapa meter! Untuk apa menelfon?” tanya Ha Jin yang benar-benar genius untuk membuatku tertawa kecil di tengah-tengah degupan jantungku yang tak beraturan.
“ Ehmm! Aku akan menjemputmu nanti.” Kataku langsung menutup telfon.
Senyum di wajahku benar benar tak bisa dikendalikan. Aku ingin berteriak di sela-sela lompatan bahagiaku.
Berada di sekitar taman hiburan bersama Ha Jin benar-benar menyenangkan. Banyak sekali wahana yang ku naiki bersama Ha Jin. Dia terlihat begitu bahagia dan membuatku semakin yakin untuk mengatakan perasaanku.
“ Oh! Ini menyenangkan!” kata Ha Jin sambil tersenyum ke arahku.
“ Jinjjayo?”
Rasanya seperti kehabisan oksigen. Kemanapun aku mencari, oksigen itu terasa hilang seperti tertelan bumi. Apa aku akan mati karena semua ini? Terlalu sering aku menghela nafas begitu panjang yang membuat Ha Jin merasa aneh denganku.
“ Yah! Ayo main itu! Dan dapatkan boneka itu!” kata Ha Jin sambil menarikku mendekati salah satu lokasi permainan.
Caranya mudah! Kau hanya perlu melempar sebuah bola untuk merobohkan tumpukan-tumpukan tabung-tabung kecil yang berada di depan. Ada 3 tumpukan tabung-tabung kecil di depan. Jika kau bisa merobohkan ketiganya, maka kau adalah pemenang. Bukankah sangat mudah?
Ketiga tumpukan tabung itu berhasil ku robohkan dengan satu tangan saja. Aku tahu kenapa Ha Jin menyuruhku memainkan ini semua. apalagi kalau bukan dia menginginkan boneka-boneka di depan sana?
“ Aku tahu! Kau menginginkan ini!” kataku,” Untukmu!” kataku sambil menyodorkan boneka teddy bear yang di anggap para yeoja-yeoja itu lucu.
“ Kau menebaknya dengan baik! Gomawo...” katanya terus tersenyum ke arahku.
“ Aku ingin ice cream! Ayo beli di sebelah sana!” ajakku.
Aku berjalan menuju kios ice cream di seberang tempatku berdiri. Sampai disana, aku memesan dua ice cream. Sebentar lagi, apa yang terpendam di hatiku selama ini, akan ku ungkap dengan romantis di sini.
“ Untukmu!” kataku
“ Gomawo...” kata Ha Jin manis.
Aku duduk di depannya dengan menikmati ice cream yang benar-benar terasa manis di lidahku. Otakku mencoba mengatur syaraf-syaraf di sekitar bibirku. Aku tak ingin apa yang kukatakan terdengar kaku. Tapi ada satu hambatan kecil.
“ Luhan! Apa yang kau lakukan disini?” tanya Suho yang berjalan mendekat ke arahku. Dia datang bersama seorang yeoja yang tak kukenal. Kedatangannya dari arah belakang Ha Jin, jadi dia tidak tahu kalau yeoja di depanku adalah Ha Jin.
“ Siapa dia? Apa dia yeo...” kata-katanya terhenti begitu melihat Ha Jin.
Ha Jin terlihat begitu terkejut. Ekspresinya seketika berubah dari yang awalnya terus tersenyum kepadaku, sekarang berubah menjadi datar tanpa ekspresi.
“ Siapa yang disampingmu?” tanyaku
“ Oh...nae yeoja chingu!” jawab Suho sedikit gugup dengan mata yang terus mencuri pandang ke arah Ha Jin. Aku sedikit kurang nyaman dengan suasana ini.
Sedangkan Ha Jin, begitu mendengar jawaban Suho, matanya menunjukkan keterkejutan dan setelah itu berubah begitu sedih. Aku tak mengerti dengan semua ini. Aku tak begitu mengerti dengan makna yang diberikan oleh mata.
“ Bolehkah kami bergabung?” tanya Suho.
“ Tentu!” jawabku dengan senyum di wajahku.
Sepertinya apa yang kurasakan berbeda dengan apa yang Ha Jin rasakan. Begitu suho selesai membeli ice cream, Ha Jin terus terdiam. Bahkan ice creamnya jarang sekali di sentuh.
“ Cepat habiskan ice creammu! Lihatlah ice creamnya hampir mencair.” Kataku
“ Uh?!” sepertinya otaknya sedang tidak baik.
Kemudian dia mengangguk. Dan memberi senyuman palsu ke arahku dengan mata yang sekali melirik ke arah Suho. Begitu Ha Jin tak memperhatikan Suho, giliran Suho yang terus memandangi Ha Jin dengan pandangan khawatir. Sebenarnya apa yang mereka berdua sembunyikan dariku?
“ Luhan oppa! Banyak sekali temanku yang mengidolakanmu! Oppa sangat populer di sekolahku!” celetuk yeoja chingu Suho membuyarkan pengamatanku.
“ Jinjjayo?” tanyaku berpura-pura tidak tahu.
Aku tahu tentang itu semua dari Ha Jin. Dia bilang banyak sekali teman-temannya yang membicarakanku. Bahkan tergila-gila padaku?! Tapi Ha Jin malah mengatakan, “ Aku heran dengan mereka semua! Bagaimana bisa mereka menyukaimu? Mungkin kacamata mereka tertinggal di rumah ketika mereka melihatmu!” aku hanya bisa bersabar dengan gurauan Ha Jin.
Tiba-tiba Ha Jin mengirim pesan ke ponselku. Bayangkan kami hanya duduk berhadapan tapi dia mengirim pesan untukku.
Park Ha Jin : Aku ingin pergi dari sini!
Ku balas pesannya.
Luhan : Wae?
Tak lama 1 pesan dari Ha Jin.
Park Ha Jin : Aku mohon! Tolonglah!
Akhirnya aku menuruti permintaan Ha Jin. Aku berjalan menyusuri awan yang mulai berubah Jingga. Ha Jin terlihat begitu sedih. Aku tahu ketika Ha Jin sulit menghadapi masalah, Ha Jin akan sangat sering mengusap daerah di sekitar wajahnya.
Linangan air mata yang menyesakkan itu seakan memberiku petunjuk. Aku mengerti sekarang. Namja yang Ha Jin tunggu bukan aku tapi Suho. Terasa begitu menyesak di hatiku, begitu menyayat hatiku. Helaan nafasku terdengar begitu keras ketika aku mulai menyadarinya. Begitu bodohnya aku! Selama ini aku mencintai seseorang yang tak mencintaiku! Inikah yang harus kudapatkan?
Park Ha Jin’s POV
Kenapa harus seperti ini? Kenapa Suho tak bisa mengerti perasaanku? Aku benar-benar merasa sangat sakit. Aku malas melakukan apapun. Biasanya aku semangat untuk pergi makan bersama di ruang makan dengan keluargaku. Tapi aku benar-benar tak menginginkan itu. Terasa sangat sesak di dalam. Aku hanya bisa menangis. Seharusnya aku berhenti sejak dulu! begitu mudahnya aku dibodohi! Untuk apa membantuku? Seakan-akan hanya memberiku sebuah harapan kosong. Sekarang tak berjalan seperti apa yang ku harapkan.
“ Kau bukan cahaya lagi untukku.”
Kurasa lagu yang cocok untukku saat ini adalah lagu dari Tae Yeon SNSD yang berjudul “If”.
Luhan’s POV
Sejak aku tahu tentang Ha Jin dan Suho, aku sama sekali tak berniat untuk membenci Ha Jin ataupun Suho. tapi Ha Jin berubah selama beberapa hari dia jadi lebih diam, tak begitu banyak berbicara. Dia hanya akan berbicara ketika aku bertanya, baru akan makan jika ibunya yang menyuruhnya makan, dan lebih banyak mengurung diri di rumah. Aku tak tahan dengan sifatnya yang seperti itu. ini pertama kalinya aku melihat Ha Jin semurung ini. Apalagi hanya karena seorang namja yang belum tentu peduli dengan keadaannya sekarang.
Aku merasa Suho juga menyukai Ha Jin. Hanya saja, Suho tak berani mengatakannya dan berusaha mencari orang lain. Tidakkah itu perbuatan seorang pengecut? Kesabaranku seperti berada di ujung tanduk. Aku tak bisa melihat Ha Jin seperti ini, terus diam dan sulit di mengerti.
Dengan mantap, ku temui Ha Jin di rumahnya. Ha Jin sendiri yang membuka pintu. Hanya tatapan sedih yang ku lihat di sana.
“ Aku ingin bicara denganmu! Sekarang ikut denganku!” kataku to the point.
Aku menarik Ha Jin menuju taman kecil di sudut kota. Sebuah taman yang jarang di kunjungi banyak orang. Ha Jin hanya diam dan mengikutiku. Begitu sampai, Ha Jin duduk di kursi taman dengan tenang.
“ Ada apa?” tanyanya singkat.
“ Seharusnya aku yang bertanya! Ada apa denganmu? Kenapa kau jadi seperti ini?” teriakku cukup kencang. Ha Jin hanya menundukan kepala dengan mata yang berkaca-kaca.
“ Kau tak akan mengerti!” jawabnya lirih.
“ Beri tahu aku agar aku mengerti! Apa karena Suho? Karena dia kau seperti ini?” tegasku dengan nada lemah di kata-kata akhir.
Kepalanya mendongak. Seakan semua itu benar. Sorot matanya begitu sedih. Air mata yang tak bisa di bendung itu akhirnya benar-benar jatuh. Dan air mata itu seperti cambuk untukku.
“ Aku mengerti ini sangat menyakitkan! Tapi berfikirlah lebih baik lagi! Jika kau terus seperti ini, apa yang kau harapkan takkan terwujud sempurna!” kataku meluluhkannya untuk mulai berbicara.
“ Aku hanya terlalu bodoh! Aku terlalu mengharapkannya, dan itu membuatku...” katanya lirih yang kemudian terhenti karena air matanya.
“ Kau berhak mendapatkan seorang namja yang lebih baik! Jadi jangan bersikap seperti ini lagi! Aku ingin kau menjadi Ha Jin yang dulu! Aku suka Ha Jin yang dulu!” kataku meyakinkannya, namun semua itu gagal. Dia hanya terdiam dalam tangisnya.
Sesakit itukah? Aku juga sakit melihatnya seperti ini. Dadaku terasa sesak. Hanya perih yang bisa ku rasakan melihat Ha Jin sangat menyukai Suho. tapi apapun yang kulakukan, tak akan bisa membuatnya menyukaiku.
Sekarang aku sudah putuskan! Aku tak akan mengatakan perasaanku, aku hanya akan memendamnya meskipun aku tahu semua itu akan menyiksaku. Aku ingin melihatnya bahagia. Aku tak ingin mempersulit kehidupannya, aku akan tetap menjadi sahabatnya. Aku akan membuatnya kembali tersenyum, melupakan semua rasa sakit ini bersamaku.
Park Ha Jin’s POV
Seharusnya aku memberi tahu Luhan sejak dulu. mungkin jika Luhan mengerti tentang ini, dia bisa membantuku.
“ Aku mengerti ini sangat menyakitkan! Tapi berfikirlah lebih baik lagi! Jika kau terus seperti ini, apa yang kau harapkan takkan terwujud sempurna!” kata Luhan dengan sedikit emosi.
“ Aku hanya terlalu bodoh! Aku terlalu mengharapkannya, dan itu membuatku...” kataku lirih yang kemudian terhenti karena aku tak bisa mengungkapkan apa yang kurasakan sekarang.
Kata “ sakit” tidak cukup untuk menyatakan perasaanku. Ini lebih buruk dari sakit. Aku merasa seakan-akan ada sebuah pisau yang menancap dan akan membunuhku dengan cepat. Perasaaanku sulit untuk di ekspresikan dengan kata-kata. Karena kata “sakit” tak mampu untuk mewakili semuanya.
“ Kau berhak mendapatkan seorang namja yang lebih baik! Jadi jangan bersikap seperti ini lagi! Aku ingin kau menjadi Ha Jin yang dulu! Aku suka Ha Jin yang dulu!” kata Luhan meyakinkanku.
Aku merasa menyesal memperlakukan Luhan seperti ini. Tak seharusnya aku menangis. Benar! Aku bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik, dan lebih mengerti. Aku akan buktikan bahwa aku bisa hidup tanpa seorang Suho, aku bisa berhasil tanpa Suho. Karena setelah aku kembali nanti, Suho akan melihatku begitu bersinar.
Aku akan melepas Suho mulai sekarang. Aku akan membiarkannya bahagia bersama seseorang yang dia inginkan. Aku tak ingin membuang waktuku karenanya. Banyak hal yang bisa kulakukan!
“ Yaksokhalge jal hal geoya”
Luhan’s POV
Kubenamkan diriku di tempat tidurku. Ku ulangi sekali lagi ingatan ketika pertama kali kulihat Ha Jin sangat sedih. Setiap kali Ha Jin berbicara denganku, pasti ada sebuah keceriaan di sana, tapi semua itu berubah dengan cepat. Sekarang Ha Jin memberikan wajah datar, tatapan mata sedih, dan tak seperti biasanya.
Apapun yang kukatakan, sepertinya tak akan menyembuhkan Ha Jin dari rasa sakitnya. Dan apapun yang kulakukan, tak pernah bisa membuatku melupakan Ha Jin. Semakin lama aku memikirkannya, membuat mataku mulai terpejam.
*SKIP*
Sinar cerah itu masuk melalui celah-celah kaca. Begitu cepat pagi datang. Dan begitu keras bunyi dering dari ponselku. Ku raih ponselku. Kulihat nama Ha Jin tertera di sana.
Park Ha Jin : Lihatlah keluar!
“ Kenapa dia mengirim pesan seperti ini?” batinku heran
Kulangkahkan kakiku menuju balkon. Mataku tengah mencari-cari sesuatu. Dan yang ku temukan, seorang yeoja dengan sepedanya berdiri di depan rumahku. Sorot matanya yang bahagia tertuju padaku. lambaian tangannya membuatku tertegun.
“ Benarkah ini Ha Jin? Dia mendengarkan apa yang kukatakan!” batinku gembira.
Senyumku merekah. Senyum lebar yang sepertinya kelewat lebar ini benar-benar mewakili perasaanku yang bahagia.
“ Turunlah! Ayo bersepeda!” teriak Ha Jin sambil mengayunkan tangannya.
Kepalaku mengagguk cepat. Ha Jin memarkir sepedanya di depan rumahku dan berjalan masuk. Tanpa ba..bi..bu..lagi, aku berlari untuk bersiap-siap.
Tak lama, aku turun dengan wajah segar. Aku tahu dia bisa membaca ekspresi mataku. Ini menunjukkan bahwa aku benar-benar bahagia. kulihat Ha Jin benar-benar berbeda. Kebahagiaan itu kulihat begitu tulus dan bukan sebuah kebohongan.
“ Aku senang kau kembali!” kataku sumringah
“ Ayo bersepeda!” ajak Ha Jin
Ku anggukkan kepalaku dengan mantap. Kami mengayuh sepeda bersama di sebuah taman. Tawanya sama seperti tawa yang kulihat dulu. Bahkan ini terasa lebih baik. Jika aku menjadi Suho, aku tak akan menyakiti Ha Jin seperti ini, dan jika Ha Jin bisa menyukaiku, aku tak akan menyia-nyiakannya dan aku akan membahagiakannya.
Awan jingga itu menyelimuti semua kebahagiaanku. Di bawah pohon, aku duduk sejajar dengan Ha Jin. Suasananya lebih hening.
“ Bukankah kau akan berangkat besok?” tanyaku memecah keheningan.
“ Geurae! Aku sedikit berat untuk pergi!” jawab Ha Jin memandangku dengan senyumnya yang tipis.
“ Wae? Apa ini masih karena Suho?” tanyaku seperti memutar kenangan lalu.
“ Ani! Aku melepasnya sekarang! Aku tak akan bertemu orang-orang yang menyenangkan sepertimu 4 tahun kedepan! Bukankah itu cukup berat?” tanyanya sambil menyenggol lenganku dengan tawa kecilnya.
“ Aku akan sering menelfonmu nanti! Maskipun aku akan membayar mahal dengan tagihan ponselku!” gurauku
“ Hmm...aku ingin meminta tolong!” kata Ha Jin serius.
“ Apa itu?”
“ Jangan biarkan Suho tahu tentang kepergianku ke luar negeri besok! Bisakah kau menolongku?” tanyanya membuatku terasa jatuh kembali.
Di saat yang membahagiakan untukku, tapi dia masih saja memikirkan Suho.
“ Aku akan berusaha!” kataku lirih.
Senyumnya merekah. Melihat senyum itu, membuatku sedikit yakin bahwa Ha Jin benar-benar melepas Suho. dan mencoba hidup lebih tenang tanpa tekanan seperti yang ia harapkan.
Author’s POV
Di pagi hari, rumah Ha Jin begitu ramai. Apalagi kalau bukan untuk memepersiapkan keberangkatan Ha Jin ke luar negeri. 4 tahun kedepan, di musim semi yang telah berganti selama 4 kali, barulah Ha Jin akan kembali ke Korea. 4 tahun bukanlah waktu yang singkat. Tapi akan menjadi suatu sejarah yang membaggakan.
“ Telfon Eomma jika nanti kau sudah sampai disana!” pinta ibu Ha Jin.
“ Ne!” kata Ha Jin dengan sedikit kesedihan dalam sorotan matanya.
“ Kau yakin Ibu tak perlu mengantarmu?” tanya Ibu Ha Jin benar-benar perhatian.
“ Luhan saja sudah cukup! Eomma beristirahat saja!” kata Ha Jin sembari menunggu koper-koper itu masuk ke dalam bagasi di taksi itu.
“ Pastikan Ha Jin berangkat! Dan pastikan dia baik-baik saja!” pesan Ibu Ha Jin sambil menatap Luhan dengan penuh kepercayaan.
“ Ne! Ahjumma jangan khawatir!” jawab Luhan semakin meyakinkan.
Ha Jin melambaikan tangan ke arah keluarganya. Begitu berat baginya, tapi inilah yang terbaik untuk masa depan Ha Jin. Taksi yang Ha Jin dan Luhan naikki berjalan begitu cepat untuk pergi dari sekitar rumahnya. Dan begitu lamban ketika memasuki jalan raya yang ramai.
“ Jangan lupakan aku! Telfon aku ketika kau sempat!” pesan Luhan.
“ Bagaimana bisa aku melupakanmu? Kau juga jangan melupakanku! Jika nanti kau punya yeoja chingu, kau harus tetap mengingatku! Jangan mengabaikan telfonku nanti!” Ha Jin tertawa kecil mendengar ucapannya sendiri.
“ Jika nanti kau punya yeoja chingu, beri tahu aku namanya. Ok?!” Goda Ha Jin membuat Luhan tertawa lepas.
“ Ada-ada saja kau ini!” jawab Luhan sambil mengacak-acak rambut Ha Jin.
“ Yah!” teriak Ha Jin sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakkan.
Drrrt...drrrt...drrrt...
Ponsel Luhan bergetar cukup keras. Ha Jin membaca nama yang tertera di layar ponsel Luhan.
“ Suho” Ha Jin membaca nama di layar itu. Hembusan nafas Ha Jin terdengar setelah membacanya.
Luhan menatap Ha Jin seolah bertanya ‘bolehkah aku mengangkat telfonnya?’
“ Kenapa hanya diam?” tanya Ha Jin.
“ Kau tidak apa-apa?” tanya Luhan sedikit aneh.
“ Aku?” tanya Ha Jin sedikit kebingungan dengan pertanyaan Luhan yang berbelok. Ha Jin menurunkan bahunya ketika sadar dengan apa yang Luhan maksud.
“ Jangan beri tahu dia!” kata Ha Jin cepat.
Luhan mengangguk-angguk. Jemarinya menekan tombol hijau di ponselnya. Dan mendekatkannya ke telinganya. Luhan mencoba menghapus perasaan ragu yang ada dalam dirinya. Hanya jawaban singkat yang mampu Luhan berikan pada Suho.

Suho’s POV
Beberapa waktu lalu, aku bertemu Ha Jin sedang bersama Luhan di taman hiburan. Dadaku terasa sesak melihat mereka berdua. Aku tahu mereka hanya berteman, tapi sedekat itukah?
Aku tak tahu kenapa Ha Jin begitu diam saat itu. dia malah memutuskan pergi ke tempat lain bersama Luhan. Apa aku benar-benar tak ada artinya bagi Ha Jin? Dia selalu diam jika bersamaku, tapi banyak berbicara ketika bersama Luhan. Apa dia membenciku karena dulu aku tidak meminta maaf? Seburuk itukah? Senyum Ha Jin selalu mengembang ketika bersama Luhan, tapi virus hening itu selalu datang ketika aku dan Ha Jin bertemu. Sikap Ha Jin padaku kurasa cukup dingin. Tapi begitu menghangat jika keadaan mulai nyaman dengannya. Gadis yang sulit di tebak, itulah Ha Jin.
Mungkin gila, tapi hari ini aku akan menyatakan perasaanku pada Ha Jin. Aku sudah memutuskan yeoja chinguku lama sekali. Dan sebenarnya aku tidak sungguh-sungguh dengan yeoja chinguku itu. aku hanya ingin berlari dari perasaanku. Ha Jin sangat sulit menghilang dari benakku.
Aku ingin meminta bantuan Luhan, karena Luhan mengenal Ha Jin lebih dari siapapun. Ku gerakkan jemariku dengan cepat di atas layar ponselku. Ku dekatkan dengan semangat posel itu di samping telingaku. Aku menunggu cukup lama agar suara Luhan terdengar. Setelah nada dering kelima terdengar, barulah suara Luhan terdengar.
“ Yeoboseyo...” suara Luhan terdengar ragu-ragu.
“ Oh! Luhan! Dimana kau sekarang?” tanyaku cepat.
“ Ada apa?” tanyanya begitu heran.
“ Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu! Aku ingin meminta bantuanmu!” kataku semangat.
“ Bantuan? Apa yang bisa ku bantu?” tanya Luhan tanda tak keberatan.
“ aku tidak bisa memberi tahumu di telfon! Kita bertemu saja bagaimana?” tanyaku.
“ Bagaimana kalau kau ke rumahku?”
“ Baiklah!”
“ Tapi aku akan kembali ke rumah mungkin sekitar pukul 10. Jadi datanglah ke rumahku 2 jam lagi! Tidak apa kan?”
“ Tentu! Aku juga masih ada urusan! Nanti kita bertemu lagi.”
“ Umm..”
Klik
Park Ha Jin’s POV
Suara percakapan Luhan dan Suho terdengar begitu jelas di telingaku. Apa yang akan Suho lakukan nanti? Meminta tolong untuk apa? Aku tak mengerti dengannya.
“ Untuk apa dia ingin bertemu denganmu?” tanyaku pada Luhan usai dia menutup telfon.
“ Aku juga tidak tahu!” jawabnya begitu singkat.
“ Emmm...”
“ Jangan fikirkan hal-hal rumit!” kata Luhan mengejutkanku. Dia bisa membaca fikiranku. Memang sekarang aku tidak begitu peduli, tapi nanti aku rasa ingin tahuku mencuat.
Suasana hening seketika. Dan baru sampai bandara, Luhan berbicara denganku. Dia membantuku mengurusi semua keperluan. Luhan seperti seorang kakak untukku. Bahkan sebelum aku take off, dia memberiku pesan-pesan seperti oarang tuaku tadi pagi.
“ Aku akan merindukanmu!” perkataan Luhan lirih, namun aku masih bisa mendengarnya.
Ku kembangkan senyumku. Menandakan bahwa jangan khawatir tentang hal itu. Aku akan selalu mengingat Luhan.
“ Kau akan menjadi orang yang pertama ku temui nanti setelah aku kembali ke Korea. Oh bukan orang yang pertama! Nanti aku akan menemui beberapa pramugari, supir taksi, keluargaku, dan banyak orang yang berlalu lalang di bandara yang akan ku lihat, jadi kau bukanlah yang pertama!” celotehku panjang.
Luhan tertawa mendengarnya. Terkadang aku sedikit aneh dengannya. Apa yang kukatakan terkadang membuatnya tertawa, padahal menurutku itu tidak lucu! Tapi itu membuat aku merasa di hargai. Hehe...J.
Aku berjalan menjauh hingga Luhan sama sekali tak terlihat. Aku mencoba menenangkan diri. Ingatanku terus tertuju pada Suho. Aku bisa hidup tanpa Suho. dan aku akan buktikan itu semua.
Aku akan menghirup harumnya musim semi di korea 4 tahun lagi. Aku juga akan melihat senyum Luhan yang merekah seperti bunga yang mekar di musim semi nanti. Dan jika aku masih belum bisa melupakan Suho, aku akan menunggunya lagi. Karena tak selamanya menunggu itu menyakitkan. Ada kalanya menunggu itu menjadi menyenangkan. Dan ada kalanya menunggu itu akan menjadi melelahkan jika yang kau tunggu adalah namja seperti Suho.
Suho’s POV
Tepat jam sepuluh. Kakiku memasuki restoran Eomma-nya Luhan. Disana begitu ramai. Uuh...kenapa meminta di tempat seramai ini? Bagaimana kalau dia terkena serangan jantung karena terkejut mendengar pertanyaanku. Lalu orang-orang disini menuduhku melakukan pembunuhan.#imajinasi tingkat tinggi...
“ Suho!” panggil Luhan sambil mendekatiku yang hanya celingukan melihat ramainya restoran Luhan.
“ Ayo ke atas!” ajak Luhan mengajakku ke atas atau ke kamarnya. Sebenarnya aku sering main ke rumah Luhan, hanya saja Ha Jin tak pernah bersamaan denganku. Jika hari senin aku ke rumah Luhan dan hari selasa tidak, maka di hari selasa itulah Ha Jin ke rumah Luhan.
Pernah sekali, ketika aku bermain ke rumah Luhan, Ha Jin datang untuk mengembalikan komik Luhan yang ia pinjam. Setelah itu dia langsung kembali pulang.
“ Ibumu pasti sangat pandai memasak!” ujarku.
“ Tidak juga!” jawab Luhan merendah.
“ Lihatlah! Pelanggannya banyak sekali!” kataku yang hanya di tanggapi dengan senyum manisnya.
“ Oh ya! Apa Ha Jin ada rencana datang kemari?” tanyaku yang sepertinya mengejutkan Luhan.
“ Kenapa bertanya seperti itu?” tanya Luhan.
“ Tidak apa!”
“ Dia tidak akan kemari hari ini!” kata Luhan sambil membenamkan tubuhnya ke kasurnya yang empuk, “ Tapi kenapa tiba-tiba menanyakan tentang Ha Jin? Kau menyukainya?” tanya Luhan mampu membaca kata hatiku.
Aku  hanya sedikit kebingungan dengan apa yang akan ku jawab. Dan tiba-tiba Luhan beranjak dari posisi tidurnya.
“ Apa kau benar-benar menyukainya?” tanya Luhan lagi. Ini semakin mengejutkanku.
“ Aku tidak tahu! Jika aku katakan aku menyukainya, kau pasti akan menyebutku seorang pengecut. Jika ku katakan tidak, sudah sangat jelas jika itu kebohongan.” Jelasku mengakui semuanya.
“ Jadi itu benar? Aku tak menyangka kau menyukainya! Kau tahu? Kau memang seorang pengecut!” kata Luhan ketus.
“ Hey! Kau tidak harus mengatakan itu!” kataku sedikit tersinggung dengan perkataannya barusan.
“ Tapi itu semua benar!”
“ Aku berniat untuk menyatakan perasaanku, tapi aku tak tahu bagaimana caranya. Jadi aku meminta bantuanmu!” jelasku
“ Apapun yang kau lakukan, dengan cara apapun kau mengutarakan perasaanmu, dia pasti akan tetap menerimamu!” kata Luhan santai.
Membuatku kebingungan. Apa Ha Jin juga memiliki perasaan yang sama denganku?
“ Maksudmu..Ha Jin juga menyukaiku?” tanyaku menyembunyikan perasaan bahagiaku.
“ Ha Jin tulus menyukaimu! Aku yakin kau tidak tahu itu! Dia begitu memperhatikanmu tapi kau selalu menghiraukannya. Lihatlah matanya ketika melihatmu! Aku sangat menginginkan  tatapan mata itu! Tapi kau membuang kesempatanmu! Sekarang semua itu sudah terlambat!” jawab Luhan dengan sedikit emosi.
Bukan hanya aku yang menyukai Ha Jin. Tapi Luhan juga menyukainya. Aku salah datang kemari. Aku akan membuatnya membenciku.
“ Kau tahu! Dia pergi! Dia melanjutkan kuliahnya di luar negeri! Semua usahamu ini sia-sia! 4 tahun kedepan, dia baru kembali ke Korea.” Lanjut Luhan.
Aku benar-benar terkejut. Begitu bodohnya aku membuang waktuku menjadi namja pengencut. Nafasku seakan pergi begitu saja.
“ Kau! Kenapa tak bisa memahaminya? Jika kau tak bisa membahagiakannya, jangan pernah memasuki hidupnya! Dia terus bertahan ketika seseorang menyuruhnya berhenti menunggumu! Kenapa kau begitu egois?” teriak Luhan padaku.
“ Berhenti! Jangan bicara lagi!” kataku tak kalah nyaring. Aku tak tahan mendengar semua kebodohanku.
“ Aku tak akan berhenti! Dengarkan aku! Dia menangis setiap kali mengingat kejadian di taman hiburan. Kau membawa yeoja chingumu di hadapannya! Pernahkah kau merasa dia menjadi berubah setelah itu?” tanya Luhan semakin memojokkanku.
“ Dia jarang tersenyum setelah itu! Matanya sembab setiap aku menatapnya. Kau tahu? Dia peduli padamu tapi kau mengabaikannya!” kata Luhan yang akhirnya berhenti berbicara.
“ Dimana dia sekarang?” tanyaku
“ Jangan menjemputnya! Jangan menghalanginya! Dia berjanji akan melakukan yang terbaik. Dia tak akan melupakanmu! Tunggu dia kembali!” perintah Luhan.
Seburuk itukah aku? Sebodoh itukah aku? Sekejam itukah aku?
Luhan juga memberi tahuku Ha Jin sudah menungguku selama 4 tahun. Dan sekarang, aku akan melakukan hal yang sama. Aku akan menunggunya kembali.
~ EPILOG ~
Sebuah malam di musim semi...
Sebuah pesawat mendarat dengan selamat. Seluruh penumpang turun dari pesawat. Langkah yang begitu tegap berjalan menuju keluar bandara sambil terus menarik koper besar milik seorang yeoja. Koper besar itu telah tertata rapi di dalam bagasi sebuah taksi.
“ Aku kembali.” Batin yeoja itu yang tak lain adalah Ha Jin.
Sebuah medali, piagam, dan ijazah kelulusan telah di bawa pulang dengan bangga. Sungguh perjuangan yang besar. Bahkan beberapa perusahaan terbaik di korea sudah menawarinya pekerjaan dengan gaji yang besar.
Home sweet home...sebelum langkahnya memasuki gerbang rumahnya, Ha Jin memandang sebentar rumah Luhan yang semakin mewah. Senyumnya mengembang. Mengisyaratkan kebahagiaan yang sesungguhnya yaitu sukses.
Park Ha Jin’s POV
Sambutan hangat orang tuaku benar-benar membuatku semakin bahagia. Di tengah heningnya malam, di tengah banyaknya orang yang tertidur lelap, mereka terbangun untuk menungguku pulang. Pelukan orang-orang yang mencintaiku dengan tulus tanpa mengharapakan satu balasan dariku, benar-benar membuatku sadar bahwa begitu banyak orang yang mencintaiku dengan tulus. Dan sekarang kubuktikan bahwa aku bisa menjadi bintang yang bersinar. Ku tahan semua air mata yang keluar dari mataku. Aku tak ingin menangis di dalam semua kebahagiaan yang kurasakan saat ini.
Pagi begitu indah. Tak seperti biasanya, matahari terlihat lebih indah hari ini. Sepertinya ini akan menjadi hari yang luar biasa dalam hidupku. Sebuah hari yang tak kan terlupakan.
Dengan langkah bahagia, ku langkahkan kakiku ke dalam rumah seseorang yang ingin ku temui.
“ Ha Jin~ah! Kapan kau kembali?” teriak Ibu Luhan sambil berjalan cepat menghampiriku.
“ Kemarin malam.” Jawabku, “ Bagaimana keadaan Ahjumma?” tanyaku dengan senyum yang terus mengembang.
“ Baik. Bagaimana denganmu?” tanya Ibu Luhan.
“ Sangat baik. Oh ya! Dimana Luhan?” tanyaku mencari batang hidung namja itu.
“ Dia sedang di kampusnya.” Jawab Ahjumma.
“ Apa dia belum lulus?” tanyaku heran.
“ Dia sudah lulus. Aku tidak tahu kenapa dia suka sekali pergi ke universitasnya itu!” jawab Ahjumma.
“ Oh...kalau begitu aku pergi dulu. Aku ingin melihatnya.” Kataku berpamitan.
Aku tahu dimana Universitas Luhan. Jadi aku pergi kesana. Dan sekarang kakiku sudah berada di halaman depan Universitas. Ku langkahkan kakiku sambil mencari sosok Luhan yang sangat sulit untuk di temui. Mataku tertuju pada sebuah lapangan sepak bola. Dan aku juga mendengar mahasiswi itu berteriak menyebut-nyebut nama Luhan. Sepertinya dia sedang bermain. Ku langkahkan kakiku mendekat ke arah lapangan.
Begitu sampai di sana, ternyata waktunya tinggal 2 menit. Tapi kurasa itu lebih baik karena aku tidak terlalu suka menonton permainan sepak bola. Kulihat Luhan dengan gaya yang baru. Rambutnya yang dulu hitam kecoklatan, sekarang berubah menjadi pirang. Rambut itu menambah image-nya yang keren menjadi semakin keren. Buktinya adalah ketika Luhan bermain, hampir semua yeoja yang ada di sana berteriak untuk menyemangati Luhan. Bahkan ada yang sampai bawa banner bertuliskan “ Luhan Oppa saranghaeyo...”. Dan ada beberapa yang membawa banner bertuliskan “SUHO”. Tulisan itu membuatku membuka kembali memori yang telah kusimpan sejak lama.
“ Satu kata dariku ‘GILA’. Untuk apa menulis nama Suho?” Gerutuku.
Peluit tanda permainan berakhir telah terdengar. Luhan saling tos dengan teman-temannya. Sepertinya timnya menang. Luhan meneguk satu botol minuman rasa jeruk. Dan membersihkan keringatnya yang bercucuran. Aku segera pergi dari tempat itu. Sungguh aneh jika aku melihatnya. Sejak dulu aku selalu tidak tahan melihat permainan sepak bola. Di tambah lagi dengan suporter-suporter yang berteriak dengan keras di sekitar telingaku.
Luhan’s POV
Yessss timku menang! Haha aku ini memang tidak bisa di kalahkan! Sebenarnya bukan hanya aku. Tapi juga 11 orang temanku yang lain. Sebenarnya Suho juga ikut dalam permainan, tapi dia tidak bisa karena ada urusan mendadak.
Oh ya! Ini musim semi! Di bulan-bulan ini, Ha Jin akan kembali ke Korea. Aku berfikir apa yang akan ku katakan padanya ketika aku bertemu dengannya. Apakah aku akan meledak karena kebahagiaanku? Entahlah...
Dan entah ini hanya imajinasiku saja atau memang ini nyata? Aku melihat seorang yeoja yang mirip sekali dengan Ha Jin berjalan menjauh dari lapangan. Hidungnya, matanya, pipinya...benar sekali! Aku tak mungkin salah lihat. Yeoja itu Ha Jin.
Aku segera berlari mengikuti langkahnya yang cepat. Aku tak memperdulikan apapun yang ku lewati. Langkahku terhenti ketika yeoja yang ku ikuti telah merasakan keberadaanku.
“ Ha Jin~ah!” panggilku.
Yeoja itu membalikkan tubuhnya. Aku terkejut melihatnya. Dia benar-benar Ha Jin. Tapi dia berbeda. Rambutnya yang lurus terurai. Angin yang bertiup semilir dan menarik beberapa helai rambutnya yang hitam, membuat Ha Jin terlihat semakin cantik. Rambutnya semakin panjang. Style baju yang ia kenakan membuatnya terlihat menawan.
“ Ku kira kau tak melihatku tadi.” Katanya sambil tersenyum bahagia ke arahku.
“ Aku sangat merindukanmu!” kataku lirih sambil menarik Ha Jin ke dalam pelukannya.
“ Lihatlah disekitarmu banyak orang yang melihat!” katanya sambil memukul lenganku.
“ Aku sangat bahagia bisa melihatmu! Kenapa tidak menelfonku?” tanyaku setelah melepaskan pelukanku.
“ Aku ingin memberimu kejutan! Tapi kau malah menyuruhku menelfon? Itu namanya bukan kejutan!” katanya masih sama seperti dulu.
“ Aku senang kau tidak berubah!” Kataku.
“ Benarkah? Ku kira aku berubah menjadi lebih cantik!” jawabnya membuatku tertawa.
“ Kau ini masih saja seperti itu! Tapi kau benar!” kataku menyanjungnya.
“ Oh ya! Dengan rambut pirangmu itu, pasti banyak yeoja yang tergila-gila!” ujar Ha Jin membuatku serasa terbang. Ini pertama kalinya dia mengakui kenyataan bahwa aku ini tampan dan keren.
“ Jinjja? Umm...ayo ikut aku!” kataku sambil menarik tangannya mengikutiku.
Itu dia! Teman-temanku minus Suho, masih berkerumun di sana. Sepertinya Sehun sedang mencariku. Mata Sehun terus berputar melihat ke sekeliling. Aku bersyukur Suho sedang sibuk. Bayangkan suasana apa yang tercipta ketika Ha Jin dan Suho bertemu?! Sulit di bayangkan!
Teman-temanku terlihat terkejut mendapati seorang yeoja cantik tengah berjalan di belakangku.
“ Wow! Hyung siapa dia?” tanya Sehun dengan senyum dan mata jailnya.
“ Ini Park Ha Jin! Aku pernah bercerita sebelumnya.” Jelasku memperkenalkan Ha Jin pada teman-temanku.
“ Senang bertemu kalian...” kata Ha Jin sopan.
Aku belum memberi tahu Ha Jin tentang Suho yang satu Universitas denganku. Tapi semua itu terhenti ketika Sehunku yang polos membeberkan semua yang dia tahu.
“ Oh! Suho hyung dimana?” tanya Sehun super genius.
Mataku membelalak. Betapa bodohnya aku membawa Ha Jin kemari untuk bertemu Sehunku yang benar-benar polos. Mata Ha Jin yang semula berbinar berubah menjadi tatapan terkejut yang kemudian diikuti dengan tatapan sedihnya. Matanya menatapku lemah seakan dia kecewa karena aku tak memberi tahu tentang ini sebelumnya.
“ Aku bisa jelaskan!” kataku langsung mengantisipasi peperangan.
“ Tenang saja! Apa Suho berada di sini?” tanya Ha Jin.
“ Apa kamu belum bertemu dengannya?” sahut Xiumin.
“ Suho berada di sekitar sini! Maaf aku tidak memberi tahumu sebelumnya! Maaf aku menghancurkan suasana hatimu!” kataku melemah.
“ Gwaenchana! Santai saja! Aku tak apa jika bertemu dengannya nanti.” Jawab Ha Jin tak kalah melemah.
“ Aah! Lebih baik jangan mengganggu! Kajja! Aku lapar sekali!” ajak Baekhyun yang sepertinya merasa telah merusak suasana.
Setelah kurasa mereka cukup jauh, aku mencoba menanyakan pertanyaan yang akan menggores perasaan Ha Jin dalam-dalam.
“ Kau tak ingin bertemu Suho?” tanyaku membuat sorot matanya menjadi sedih.
“ Untuk apa? Setiap kali aku datang, dia selalu pergi!” jawab Ha Jin sambil tertawa kecil.
“ Dia menunggumu! Dia menyukaimu selama ini! Yeoja yang dia bawa ke taman hiburan 4 tahun lalu...” ucapanku terhenti karena Ha Jin menyela ucapanku.
“ ...Adalah yeoja chingunya! Tapi Suho hanya menjadikannya pelarian dariku! Benarkah seperti itu?” memang tidak sopan, tapi itu membuatku terkejut. Kukira Ha Jin tak pernah tahu perasaan Suho yang sesungguhnya. Dan ku kira Ha Jin salah paham dengan kejadian 4 tahun lalu. Tapi ternyata dia tahu semua itu.
“ Bagaimana kau tahu itu semua?” tanyaku terkejut.
“ Huh?! Itu cara kuno! Mudah sekali di tebak!” jawab Ha Jin yang membuatku hanya terdiam.
“ Suho! Benar-benar kau ini! Menyebalkan sekali!” rutukku dalam hati.
“ Araseo! Nanti kita bertemu lagi! Aku sedikit lelah dengan perjalanan kemarin.” Kata Ha Jin berpamitan untuk pulang.
Aku hanya mengangguk dengan senyumku. Langkahnya menjauh. Hingga suara kaki yang keras mendekat ke arahku.
“ Hey! Bagaiman pertandingannya?” tanya Suho.
“ Yah! Dia sudah kembali!” kataku begitu melihat Suho berdiri di depanku.
“ Siapa?” tanya Suho bodoh.
“ Ha Jin! Cepat kejar dia! Dia masih berada di sekitar sini!” tegasku.
Suho terdiam sebentar. Dan kemudian dia membalikkan badan dan berlari mengejar Ha Jin. Jika aku jadi Suho, aku tak akan menyia-nyiakan waktuku untuk menjadi nappeun namja.
Suho’s POV
Aku mencari-cari keberadaan teman-temanku untuk bertanya hasil pertandingannya. Sebenarnya aku masuk dalam tim, sayangnya ada urusan mendadak yang membuatku tak bisa ikut dalam permainan. Usahaku mengitari sekolah ini ternyata tak sia-sia untuk menemukan namja yang menjadi visual di grup kami ini.
“ Hey! Bagaimana pertandingannya?” tanyaku pada Luhan.
“ Yah! Dia sudah kembali!” kata Luhan sedikit berteriak kepadaku.
Siapa yang Luhan maksud? Aneh sekali...
“ Siapa?” tanyaku penasaran.
“ Ha Jin! Cepat kejar dia! Dia masih berada di sekitar sini!” tegas Luhan membuatku terbengong-bengong.
Aku terkejut. Tanpa babibubebo lagi, aku berlari mencari sosok yeoja yang sangat kurindukan. Tubuhku mulai lelah. Sulit untuk menemukan yeoja yang tak kutemui selama 4 tahun. Hingga kakiku berhenti di sebuah kursi dekat air mancur. Seorang yeoja dengan rambut terurai memalingkan wajahnya ke arahku. Ekspresinya terlihat sedikit terkejut melihatku. Jantungku berdegup semakin kencang. Nafasku semakin tak teratur. Sorot mataku terus tertuju padanya. Aku begitu merindukan Ha Jin. Aku menyesali semua kebodohanku. Bahkan sekarang aku masih mengulangi kebodohanku. Aku hanya berdiri di depannya, menatap lekat-lekat mata yang mulai pudar itu.
“ Oh! Lama tidak bertemu!” katanya sambil mengangkat tubuhnya.
Wajahnya semakin cantik. Dulu, bukan Ha Jin namanya kalau rambutnya tak terikat. Dan dulu Ha Jin tak pernah memakai kosmetik atau semacamnya. Tampilannya selalu sederhana. Tapi sekarang dia terlihat begitu bersinar. Banyak namja yang sedari tadi mencuri pandang ke arah Ha Jin. Tapi itu semua tak akan menjadi halangan untukku.
“ Ne...Ha Jin~ah! Mianhae! Jeongmal mianhae!” kataku melangkahkan kakiku untuk lebih dekat.
Matanya memandangku sedih dan kecewa. Dia terdiam dengan matanya yang berkaca-kaca.
“ Aku memang nappeun namja! Mianhae..” kataku lagi. Cairan dari mataku ini serasa begitu banyak menumpuk di mataku.
“ Menurutku kau bukan orang seperti itu! Kau hanya tidak tahu perasaanku. Jadi kau tidak bersalah! Untuk apa meminta maaf?” pernyataan Ha Jin membuatku terkejut.
Bahkan dia tak membenciku. Meskipun senyum dan matanya semua adalah sedih, tapi aku berharap dia bisa bersamaku untuk selamanya mulai sekarang.
“ Dulu setiap kali aku datang di tempat yang sama denganmu, kau selalu pergi menjauh. Setiap kali aku berbicara denganmu, kau tak pernah melihat wajahku. Matamu selalu melihat kesekeliling seolah-olah kau tak ingin berbicara denganku!” tutur Ha Jin menyayat hatiku.
Aku hanya terdiam melihat air mata Ha Jin yang mulai mengalir. Kenangan buruk itu akan selalu berada dalam otaknya. Aku takut dia akan pergi. Aku tak ingin penantianku sia-sia.
“ Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Ha Jin begitu santai dengan mengusap air matanya.
“ Aku menunggumu selama ini! Seharusnya kau tak mencintai namja bodoh sepertiku!” jawabku.
“ Perasaan seseorang itu tak bisa dipaksakan! Aku tak pernah menyesal menyukaimu! Aku merasa bahwa itu hal yang menyenangkan dalam hidupku! Aku belum berpaling sampai sekarang! Seharusnya rasa ragu itu hilang dari otakmu!”
“ Aku benar-benar tulus menyukaimu! Aku tak pernah sungguh-sungguh menyukai seorang yeoja kecuali dirimu!”
“ Aku tak pernah tahu apakah kau berbohong. Tatapan matamu selalu sulit di tebak. Kau selalu menatapku dengan tatapan seperti ini. Apa maksud tatapan matamu sekarang?” tanya Ha Jin sedikit lemah.
Aku terdiam dan terus memandangnya. Matanya yang terlihat berkaca-kaca terus melihat kesekeliling. Kedua tanganku menyentuh kedua pipinya dengan lembut.
“ Ini adalah mataku yang mencintaimu...ini adalah tatapanku ketika aku mencintaimu. Ini adalah mataku yang gugup ketika melihatmu! Ini adalah mataku yang merindukanmu...jeongmal saranghae..”
Ku tatap matanya yang tak mampu lagi menahan air matanya. Tapi senyum yang kurindukan terlukis indah di wajahnya. Membuatku yakin bahwa hidupku akan sempurna dengan adanya Ha Jin di sisiku. Ku tarik lenganya dan mendekapnya dalam. Kurasakan bahwa hari ini begitu menyenangkan.
Cinta itu memerlukan perjuangan. Karena akan ada kebahagiaan di dalamnya. 8 tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi cintaku terwujud dengan sempurna.
“ Its my eyes to love you! Park Ha Jin...”

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

About